AYO OLAHRAGA
           
“kalau sudah tiada baru terasa... bahwa kehadiranya sungguh bermakna..”
Agaknya petikan syair dari lagu dangdut berjudul “Kehilangan” ada benarnya. Kita baru merasa sedih, bergalau ria ketika apa yang sudah kita miliki hilang. Itu juga yang terjadi pada beberapa kawan saya. Berikut kisahnya:
Beberapa hari terakhir, ada yang menarik di grup watsap dan juga status BBM yang ada di gadget penulis.. Dari sekian banyak status yang ditulis, ada sejumlah kemiripan yang jika dicermati mengandung makna yang sama. Status itu adalah: “Sick, Flu, Demam melanda, Badan drop”.   Ya..status itu bermakna sakit.
            Tempat nongkrong yang biasanya riuh rendah dengan kepulan asap dan obrolan yang gak jelas ngalor-ngidul seolah kehilangan aura menjadi hening. Kehilangan nyawa, karena hanya sedikit kawan yang nongkrong. Ternyata eh ternyata setelah diselidiki mereka semua tumbang, tak berdaya melawan penyakit. Seolah kekuatan yang tersimpan dalam jiwa mudanya gampang terkalahkan oleh penyakit “murahan”.
            Lalu timbul pertanyaan di benak penulis. Apakah sekarang sedang musimnya orang sakit? Memang sakit adalah hal yang wajar. Tubuh manusia bukanlah mesin yang bisa bekerja dengan terus menerus. Tubuh membutuhkan istirahat yang cukup dan berkualitas untuk memulai segala aktifitas.  Oh..ya. Yang menjadikan penulis terheran adalah teman yang sedang sakit adalah seumuran dengan penulis. Artinya  mereka yang sedang sakit berada di usia muda dan produktif. Sebagai pemuda yang dikatakan sebagai agen perubahan, tentu akan sangat rugi jika di usia emas mereka sering mengalami sakit.
            Sehat itu mahal. Apabila kita sakit tentu membutuhkan biaya untuk berobat ke dokter dan terkadang biaya yang dikeluarkan tidak murah. Sebab itulah mengapa kita harus cermat dan pandai menjaga kesehatan agar tidak jatuh sakit. Dan kita tidak perlu lagi menulis status di Blackberry Messenger (BBM), ataupun meramaikan grup watsap dengan ringkihan tak mengandung makna itu dengan tulisan macam: “Sick, Flu, Demam melanda, Badan drop.”
            Bagi pekerja ataupun bagi orang yang berpenghasilan tinggi, bukan masalah uang yang menjadi persoalan. Tapi waktu. Dengan tubuh yang sakit maka si empu nya tubuh jelas tidak bisa bekerja dan beraktifitas yang kemudian menjadikan tidak produktif. Bukankah waktu itu adalah uang. Dan juga, mencegah lebih baik dari pada mengobati.
            Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kebugaran atau meningkatkan kesehatan tubuh. Salah satunya adalah mengaplikasikan ungkapan“Mens sana in corpora sano”, yang artinya di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Ungkapan itu kali pertama diperkenalkan oleh Pujangga Romawi bernama Decimus Lunius Juvenalis, sekitar abad 2 masehi. Ungkapan itu kemudian banyak digunakan orang untuk mengajak berolahraga. Olahraga sudah terbukti memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.
            Sebagai seorang yang pernah bersepeda angin sejauh 24 KM hampir setiap hari selama 2 tahun, untuk pulang pergi ke sekolah (Kelas 1-3 SMA). Penulis merasakan betul manfaat dari olahraga. Tubuh menjadi enerjik dan tidak gampang lemas dan tentu terhindar dari penyakit “murahan” seperti: Flu, demam, dan masuk angin.
            Bukan hanya manfaat jasmani yang penulis rasakan, tapi juga manfaat rohani. Ternyata olahraga dapat mengurangi stress dan kegelisahan hati. Ketika jantung bekerja pada saat olahraga, secara otomatis pikiran tidak akan terfokus pada urusan-urusan yang membuat stress. Misalnya, untuk para kawula muda yang galau karena hubungannya dengan pacar putus nyambung –sebuah kelabilan khas remaja yang tidak pernah konsisten dalam menjalin hubungan-. Juga bagi pekerja dengan target-target yang harus dipenuhi, olahraga bisa menjadi obat mujarab untuk mengurangi stress. Pikiran menjadi positif. Jadi jika ada orang di sekitar anda yang terlihat murung, mungkin ia kurang olahraga. Jika kantong anda lagi tipis atau tidak mempunyai waktu untuk piknik (Piknik yang menurut sebagian orang dapat mengembalikan kebahagiaan) tidak ada salahnya jika anda mencoba ber olahraga. Seperti Lari, Senam, Bersepeda….apapun. Dan sudah pasti kegiatan ini lebih hemat biaya dari pada plesiran ke luar kota.
            Olahraga terbukti ampuh dalam peningkatan hormone penumbuh rasa bahagia dalam otak. Seperti Adrenalin dan Endorpin yang merupakan pembunuh nomor satu penyakit hati. Penulis yang masih aktif menyalurkan hobi dan bakat sepakbola setiap sore hari, telah merasakannya. Ketika tim penulis kalah bertanding, kami bukannya sedih. Malahan kami bergembira-ria larut dalam keceriaan.
            Masih ada lagi manfaat yang bisa dirasakan dari olahraga. Dan ini bisa langsung dirasakan oleh kaum hawa yang mengidam-idamkan kulit yang putih dan halus. Olahraga dapat membuat kulit menjadi putih dan halus. Bagi anda yang mempunyai masalah kulit seperti kusam, berminyak dan berjerawat, Olahraga teratur akan menghilangkan berbagai racun atau bakteri bersamaan dengan keringat yang keluar. Maka, kaum hawa tidak perlu lagi membeli produk kecantikan –yang tentunya mengandung banyak bahan kimia- dan tidak perlu lagi melakukan perawat kulit. Ini akan menghemat uang belanja.
            Di era kepemimpinan presiden ke-2 Soeharto, bangsa ini memiliki jargon : Memasyarakatkan Olahraga dan Mengolahragakan Masyarakat. Anda pasti masih ingat dengan Senam Kesehatan Jasmani (SKJ), senam ini menjadi bagian kampanye dalam Memasyarakatkan Olahraga dan Mengolahragakan Masyarakat. Hal ini dimaksudkan untuk mencetetak generasi yang sehat dan kuat.
            Momentum Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 2018, membuat pemerintah melalui Kemenpora juga mengajak masyarakat untuk aktif bergerak dalam kampanye: Ayo Olahraga. Inti dari gerakan  Ayo Olahraga adalah tidak ada yang terlembat dan tidak ada yang salah dalam berolahraga.
            Di akhir tulisan ini penulis ingin bercerita sedikit. Minggu kemarin penulis menjenguk seorang teman  yang sedang sakit. Saat tiba di rumahnya, penulis mengeluarkan guyonan dalam bahasa jawa:
            “Lha pie…Nom-noman kok gampang gering? Ngene kok jare siap ngadepi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean)”
            Dengan santai teman penulis menjawab
            “Wis takdir e iki”
Oke. Penulis setuju bahwa sakit adalah takdir. Tapi, memalaskan diri untuk berolahraga dan memilih pola hidup yang tidak sehat, apakah itu juga takdir?



                                                                                                           






0 Response to " "

Posting Komentar