Wajah Sepakbola Indonesia dan Secangkir Kopi


Wajah Sepakbola Indonesia dan Secangkir Kopi
Setelah melewati hari yang cukup melelahkan, tiba saatnya untuk melepas letih. Pilihan jatuh kepada warung Mak Tri. Warung kopi yang berada persis di depan rumahku ini menawarkan beragam menu. Mulai dari gorengan, nasi jagung, tape, tiwul dan tentu ikon dari warung itu sendiri yakni kopi. Harga yang dipatok juga terbilang pro rakyat. Sekitar 10 menit duduk manis sambil mengecap hangatnya tempe, tiba-tiba aku dikagetkan oleh Lek Parno -si empunya warung- yang melemparkan sebuah pertanyaan hingga membuat aku hampir keselek.
"Pie perkembangne Persibo ?"
Ahaaa...topik yang sangat menarik ini.
"Nganu Lek Parno..kemarin Persibo melayangkan surat ke tim transisi untuk meminta kejelasan status. Tim transisi juga akan mengadakan kompetisi liga."
Ia kemudian menyeruput kopi hitamnya yang pahit. ya..iyalah namanya kopi dimana-mana pahit -tetapi, orang-orang terkadang cenderung sok filosofis, puitis, dengan bergaya memakai kata kopi-.
"Loh... Bukane PSSI juga akan mengadakan kompetisi ?"
"Iyo ya Lek... Berati dualisme kompetisi akan kembali meramaikan khasanah persepakbolaan Indonesia Lek"
"Jan-jane kalau pengen sanksi di cabut oleh FIFA gampang. Stakeholder harusnya patuh dan taat kepada tim transisi, tetapi yang terjadi malah sebaliknya."
Lek Parno memang selalu intens mengikuti perkembangan sepakbola Indonesia. Pengetahuannya tentang sepakbola cukup presisi lagi mumpuni serta kemampuannya dalam menganalisa sebuah pertandingan sangat tajam. Setajam tatap matamu Dek...‪#‎halah‬. Itulah yang menyebabkan aku sering nonton bareng siaran bola di rumahnya. Jika sudah begitu, kami berdua saling mengomentari jalannya pertandingan. Tak kalah dengan komentator yang biasa menghiasi layar kaca -cuma yang membedakannya adalah kami sesekali membahas tentang kebusukan yang terjadi di dapur sepakbola kita-.
"Eee...yo harap maklum Lek. Ya beginilah wajah sepakbola kita. Wajah yang penuh dengan gurat-gurat nafsu angakara murka dan kemunafikan."
Di jalan depan warung terlihat beberapa anak kecil yang pulang mengaji dari Masjid. Itu berarti waktu menunjukan pukul 17:00 WIB. Kami berdua masih ngobrol ngalor ngidul tentang sepakbola. Obrolan santai di sore hari ditemani segelas kopi, kepulan asap rokok dan hangatnya tempe goreng. Duh... Nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan.

0 Response to " Wajah Sepakbola Indonesia dan Secangkir Kopi"

Posting Komentar